Jumat, 22 September 2017

Cerita sebenarnya tentang ROHINGYA di Myanmar menurut sumber Terpercaya

Apa yang anda pikirkan jika mendengar tentang ROHINGYA di Myanmar !!! Rasa marah, kesal atau biasa saja. Mungkin sebagian orang berfikir disana bukan bagian dari wilayah Indonesia jadi mengapa mesti pusing memikirkannya. Jika kita lihat di media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, BBM dan WA banyak sekali foto foto kondisi di Rohingya yang dibagikan. Sebagai manusia yang memiliki hati nurani dan perasaan pasti ikut merasakan sedih.

Bersyukur saya tinggal di kota Samarinda yang damai ini, walaupun kami orang minoritas tetapi saling menghargai antar umat beragama cukup tinggi. Saya tidak tau persis konflik apa yang terjadi pada etnis Rohingya, yang saya lihat pada postingan teman teman di media sosial tentang konflik Agama begitu mengerikan ceritanya. Banyak sekali foto foto penindasan terhadap salah satu pihak dilakukan tanpa ada perlawanan.

Rasa keinggintahuan saya semakin tinggi karena dari beberapa postingan yang menyebutkan bahwa foto foto kondisi rohingya tidak sesuai dengan kenyataannya karena ada beberapa pihak yang menggunakan foto lain untuk membuat cerita. Mungkin ini adalah satu tips dari saya apabila anda membaca berita lihat dulu sumber berita apakah dari situs yang dapat di percaya. Saat ini banyak situs abal abal yang hanya menarik perhatian supaya mendatangkan visitor dan menguntungkan salah satu pihak.

Google adalah sumber pencarian yang kita dapat menemukan apapun yang kita inggin ketahui. Carilah disana siapa itu etnis rohingya ? Apa penyebab terjadinya konflik Rohingya di Myanmar ? Siapa pelaku dan siapa Korbannya ? maka semua akan mendapatkan Informasi yang anda ingginkan. Sebelum membacanya lihat terlebih dahulu situs yang anda baca, seperti saya suka membaca di merdeka.com, detik.com, tribunnews.com dan masih banyak lagi situs yang menyajikan berita sesuai kondisi sebenarnya.

Berikut adalah cerita sebenarnya tentang konflik ROHINGYA di Myanmar dari beberapa sumber yang dapat di percaya.

Siapa sebenarnya etnis Rohingya dan enam hal lain yang harus Anda ketahui (www.bbc.com)

Bagaimana awal mula permasalahan etnis Rohingya dan latar belakang terjadinya konflik?
Pengungsi Rohingya
Sejak lebih dari sepekan lalu, kekerasan terbaru meletus di negara bagian Rakhine, Myanmar, yang banyak dihuni Muslim Rohingya. Gelombang kekerasan baru ini menandai eskalasi dramatis sejak Oktober 2016 lalu ketika milisi Rohingya melakukan serangan dengan skala yang lebih kecil. Para pengungsi menuduh aparat keamanan Myanmar dan kelompok militan radikal Buddha membakar desa-desa mereka.

Pemerintah Myanmar berdalih, pasukan keamanan mereka sekadar mengambil langkah balasan terhadap serangan bulan lalu terhadap lebih dari 20 pos polisi oleh milisi Rohingya. Bentrokan susulan sesudah itu membuat banyak warga sipil baik Islam maupun Buddha, lari menyelamatkan diri dari desa-desa mereka.

Setelah serangan milisi pada bulan Oktober 2016, militer melakukan operasi pembalasan yang keras, dan banyak warga Rohingya menuduh bahwa dalam operasi itu pasukan keamanan melakukan pemerkosaan, pembunuhan, pembakaran desa dan penyiksaan. PBB sudah menyebut serangan balasan dari militer terhadap etnis Rohingya pada Oktober lalu sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

Militer Myanmar mengatakan mereka sebisa mungkin akan menahan diri tapi juga menegaskan 'punya hak untuk membela diri dari serangan-serangan teroris'. PBB mendefinisikan Rohingya sebagai minoritas agama dan bahasa dari Myanmar barat dan bahwa Rohingya adalah salah satu dari minoritas yang paling dipersekusi atau paling mendapat perlakuan buruk di dunia.

Namun asal kata Rohingya, dan bagaimana mereka muncul di Myanmar, menjadi isu kontroversial. Sebagian sejarawan mengatakan kelompok ini sudah berasal dari ratusan tahun lalu dan lainnya mengatakan mereka baru muncul sebagai kekuatan identitas dalam seabad terakhir. Pemerintah Myanmar berkeras bahwa mereka adalah pendatang baru dari subkontinen India, sehingga konstitusi negara itu tidak memasukkan mereka dalam kelompok masyarakat adat yang berhak mendapat kewarganegaraan.

Mereka tinggal di salah satu negara bagian termiskin di Myanmar, dan gerakan dan akses mereka terhadap pekerjaan sangat dibatasi. Secara historis, mayoritas penduduk Rakhine membenci kehadiran Rohingya yang mereka pandang sebagai pemeluk Islam dari negara lain dan ada kebencian meluas terhadap Rohingya di Myanmar.

Di sisi lain, penduduk Rohingya merasa bahwa mereka adalah bagian dari Myanmar dan mengklaim mengalami persekusi oleh negara. Negara tetangga Bangladesh sudah menerima ratusan ribu pengungsi dari Myanmar dan tak mampu lagi menampung mereka. Banyak warga Rohingya yang tinggal di kamp penampungan sementara setelah dipaksa keluar dari desa mereka oleh gelombang kekerasan komunal yang menyapu Rakhine pada tahun 2012.

Apa sebenarnya penyebab Myanmar menindas Muslim Rohingya? (www.merdeka.com)

Merdeka.com - Penindasan terhadap Muslim Rohingya masih terjadi. Baru saja pemerintah Myanmar mengerahkan pasukannya ke Provinsi Rakhine. Puluhan orang tewas saat pasukan pemerintah menyerbu kampung-kampung. Konflik antara etnis Rohingya dan mayoritas penduduk Myanmar yang mayoritas beragama Budha seolah tak berkesudahan. Puluhan ribu warga Rohingya terlunta-lunta mengungsi ke negara lain, termasuk Indonesia.

Di Myanmar, etnis Rohingya tak diakui sebagai warga negara. Mereka kesulitan memperoleh akses kesehatan, pendidikan dan perumahan yang layak. Kekerasan juga terus terjadi. Sebenarnya apa pokok permasalahan di Myanmar? Apakah konflik Rohingya murni karena agama semata? Secara umum orang berpendapat, krisis Rohingya di Myanmar adalah masalah agama. Tetapi menurut Kepala bidang penelitian pada South Asia Democratic Forum, Siegfried O Wolf, krisis ini lebih bersifat politis dan ekonomis.

Dari sisi geografis, penduduk Rohingya adalah sekelompok penganut Muslim yang jumlahnya sekitar satu juta orang dan tinggal di negara bagian Rakhine. Wilayah Rakhine juga ditempati oleh masyarakat yang mayoritas memeluk agama Budha. Rakhine dikenal sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam. Tetapi hal itu menjadi timpang ketika pada kenyataannya tingkat kemiskinan di sana ternyata tinggi.

"Komunitas warga Rakhine merasa didiskriminasi secara budaya, juga tereksploitasi secara ekonomi dan disingkirkan secara politis oleh pemerintah pusat, yang didominasi etnis Burma. Dalam konteks spesial ini, Rohingya dianggap warga Rakhine sebagai saingan tambahan dan ancaman bagi identitas mereka sendiri. Inilah penyebab utama ketegangan di negara bagian itu, dan telah mengakibatkan sejumlah konflik senjata antar kedua kelompok," kata Siegfried O Wolf saat diwawancarai oleh media Jerman Deutsche Welle (DW).

Mayoritas warga Rakhine menilai Rohingya sebagai saingan dalam hal mencari pekerjaan maupun untuk kesempatan untuk berwirausaha. Dari permasalahan politik, warga Rakhine merasa jika kaum Rohingya telah mengkhianati mereka lantaran tidak memberikan suara bagi partai politik mayoritas penduduk setempat. "Jadi bisa dibilang, rasa tidak suka warga Buddha terhadap Rohingya bukan saja masalah agama, melainkan didorong masalah politis dan ekonomis," kata Wolf.

Hal ini diperburuk oleh sikap pemerintah Myanmar yang bukannya mendorong rekonsiliasi, tetapi malah mendukung kelompok fundamentalis Budha. Umat Budha di dunia sendiri mengutuk kekerasan yang dilakukan kelompok garis keras di Myanmar. Tahun 2014 lalu, Dalai Lama meminta Umat Budha menghentikan kekerasan di Myanmar dan Sri Lanka.

"Saya menyerukan kepada umat Buddha di Myanmar, Sri Lanka, membayangkan wajah Buddha sebelum mereka berbuat kejahatan. Buddha mengajarkan cinta dan kasih sayang. Jika Buddha ada di sana, dia akan melindungi muslim dari serangan umat Buddha," pesan Dalai Lama. Di dalam negeri Myanmar, nyaris tak ada yang membela Muslim Rohingya. Dunia mengutuk pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi yang diam seribu bahasa soal penindasan di Rohingya.

Nasib Muslim Rohingya pun masih jauh dari kedamaian.
Apa yang anda pikirkan jika mendengar tentang ROHINGYA di Myanmar !!! Rasa marah, kesal atau biasa saja. Mungkin sebagian orang berfikir disana bukan bagian dari wilayah Indonesia jadi mengapa mesti pusing memikirkannya. Jika kita lihat di media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, BBM dan WA banyak sekali foto foto kondisi di Rohingya yang dibagikan. Sebagai manusia yang memiliki hati nurani dan perasaan pasti ikut merasakan sedih.

Bersyukur saya tinggal di kota Samarinda yang damai ini, walaupun kami orang minoritas tetapi saling menghargai antar umat beragama cukup tinggi. Saya tidak tau persis konflik apa yang terjadi pada etnis Rohingya, yang saya lihat pada postingan teman teman di media sosial tentang konflik Agama begitu mengerikan ceritanya. Banyak sekali foto foto penindasan terhadap salah satu pihak dilakukan tanpa ada perlawanan.

Rasa keinggintahuan saya semakin tinggi karena dari beberapa postingan yang menyebutkan bahwa foto foto kondisi rohingya tidak sesuai dengan kenyataannya karena ada beberapa pihak yang menggunakan foto lain untuk membuat cerita. Mungkin ini adalah satu tips dari saya apabila anda membaca berita lihat dulu sumber berita apakah dari situs yang dapat di percaya. Saat ini banyak situs abal abal yang hanya menarik perhatian supaya mendatangkan visitor dan menguntungkan salah satu pihak.

Google adalah sumber pencarian yang kita dapat menemukan apapun yang kita inggin ketahui. Carilah disana siapa itu etnis rohingya ? Apa penyebab terjadinya konflik Rohingya di Myanmar ? Siapa pelaku dan siapa Korbannya ? maka semua akan mendapatkan Informasi yang anda ingginkan. Sebelum membacanya lihat terlebih dahulu situs yang anda baca, seperti saya suka membaca di merdeka.com, detik.com, tribunnews.com dan masih banyak lagi situs yang menyajikan berita sesuai kondisi sebenarnya.

Berikut adalah cerita sebenarnya tentang konflik ROHINGYA di Myanmar dari beberapa sumber yang dapat di percaya.

Siapa sebenarnya etnis Rohingya dan enam hal lain yang harus Anda ketahui (www.bbc.com)

Bagaimana awal mula permasalahan etnis Rohingya dan latar belakang terjadinya konflik?
Pengungsi Rohingya
Sejak lebih dari sepekan lalu, kekerasan terbaru meletus di negara bagian Rakhine, Myanmar, yang banyak dihuni Muslim Rohingya. Gelombang kekerasan baru ini menandai eskalasi dramatis sejak Oktober 2016 lalu ketika milisi Rohingya melakukan serangan dengan skala yang lebih kecil. Para pengungsi menuduh aparat keamanan Myanmar dan kelompok militan radikal Buddha membakar desa-desa mereka.

Pemerintah Myanmar berdalih, pasukan keamanan mereka sekadar mengambil langkah balasan terhadap serangan bulan lalu terhadap lebih dari 20 pos polisi oleh milisi Rohingya. Bentrokan susulan sesudah itu membuat banyak warga sipil baik Islam maupun Buddha, lari menyelamatkan diri dari desa-desa mereka.

Setelah serangan milisi pada bulan Oktober 2016, militer melakukan operasi pembalasan yang keras, dan banyak warga Rohingya menuduh bahwa dalam operasi itu pasukan keamanan melakukan pemerkosaan, pembunuhan, pembakaran desa dan penyiksaan. PBB sudah menyebut serangan balasan dari militer terhadap etnis Rohingya pada Oktober lalu sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

Militer Myanmar mengatakan mereka sebisa mungkin akan menahan diri tapi juga menegaskan 'punya hak untuk membela diri dari serangan-serangan teroris'. PBB mendefinisikan Rohingya sebagai minoritas agama dan bahasa dari Myanmar barat dan bahwa Rohingya adalah salah satu dari minoritas yang paling dipersekusi atau paling mendapat perlakuan buruk di dunia.

Namun asal kata Rohingya, dan bagaimana mereka muncul di Myanmar, menjadi isu kontroversial. Sebagian sejarawan mengatakan kelompok ini sudah berasal dari ratusan tahun lalu dan lainnya mengatakan mereka baru muncul sebagai kekuatan identitas dalam seabad terakhir. Pemerintah Myanmar berkeras bahwa mereka adalah pendatang baru dari subkontinen India, sehingga konstitusi negara itu tidak memasukkan mereka dalam kelompok masyarakat adat yang berhak mendapat kewarganegaraan.

Mereka tinggal di salah satu negara bagian termiskin di Myanmar, dan gerakan dan akses mereka terhadap pekerjaan sangat dibatasi. Secara historis, mayoritas penduduk Rakhine membenci kehadiran Rohingya yang mereka pandang sebagai pemeluk Islam dari negara lain dan ada kebencian meluas terhadap Rohingya di Myanmar.

Di sisi lain, penduduk Rohingya merasa bahwa mereka adalah bagian dari Myanmar dan mengklaim mengalami persekusi oleh negara. Negara tetangga Bangladesh sudah menerima ratusan ribu pengungsi dari Myanmar dan tak mampu lagi menampung mereka. Banyak warga Rohingya yang tinggal di kamp penampungan sementara setelah dipaksa keluar dari desa mereka oleh gelombang kekerasan komunal yang menyapu Rakhine pada tahun 2012.

Apa sebenarnya penyebab Myanmar menindas Muslim Rohingya? (www.merdeka.com)

Merdeka.com - Penindasan terhadap Muslim Rohingya masih terjadi. Baru saja pemerintah Myanmar mengerahkan pasukannya ke Provinsi Rakhine. Puluhan orang tewas saat pasukan pemerintah menyerbu kampung-kampung. Konflik antara etnis Rohingya dan mayoritas penduduk Myanmar yang mayoritas beragama Budha seolah tak berkesudahan. Puluhan ribu warga Rohingya terlunta-lunta mengungsi ke negara lain, termasuk Indonesia.

Di Myanmar, etnis Rohingya tak diakui sebagai warga negara. Mereka kesulitan memperoleh akses kesehatan, pendidikan dan perumahan yang layak. Kekerasan juga terus terjadi. Sebenarnya apa pokok permasalahan di Myanmar? Apakah konflik Rohingya murni karena agama semata? Secara umum orang berpendapat, krisis Rohingya di Myanmar adalah masalah agama. Tetapi menurut Kepala bidang penelitian pada South Asia Democratic Forum, Siegfried O Wolf, krisis ini lebih bersifat politis dan ekonomis.

Dari sisi geografis, penduduk Rohingya adalah sekelompok penganut Muslim yang jumlahnya sekitar satu juta orang dan tinggal di negara bagian Rakhine. Wilayah Rakhine juga ditempati oleh masyarakat yang mayoritas memeluk agama Budha. Rakhine dikenal sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam. Tetapi hal itu menjadi timpang ketika pada kenyataannya tingkat kemiskinan di sana ternyata tinggi.

"Komunitas warga Rakhine merasa didiskriminasi secara budaya, juga tereksploitasi secara ekonomi dan disingkirkan secara politis oleh pemerintah pusat, yang didominasi etnis Burma. Dalam konteks spesial ini, Rohingya dianggap warga Rakhine sebagai saingan tambahan dan ancaman bagi identitas mereka sendiri. Inilah penyebab utama ketegangan di negara bagian itu, dan telah mengakibatkan sejumlah konflik senjata antar kedua kelompok," kata Siegfried O Wolf saat diwawancarai oleh media Jerman Deutsche Welle (DW).

Mayoritas warga Rakhine menilai Rohingya sebagai saingan dalam hal mencari pekerjaan maupun untuk kesempatan untuk berwirausaha. Dari permasalahan politik, warga Rakhine merasa jika kaum Rohingya telah mengkhianati mereka lantaran tidak memberikan suara bagi partai politik mayoritas penduduk setempat. "Jadi bisa dibilang, rasa tidak suka warga Buddha terhadap Rohingya bukan saja masalah agama, melainkan didorong masalah politis dan ekonomis," kata Wolf.

Hal ini diperburuk oleh sikap pemerintah Myanmar yang bukannya mendorong rekonsiliasi, tetapi malah mendukung kelompok fundamentalis Budha. Umat Budha di dunia sendiri mengutuk kekerasan yang dilakukan kelompok garis keras di Myanmar. Tahun 2014 lalu, Dalai Lama meminta Umat Budha menghentikan kekerasan di Myanmar dan Sri Lanka.

"Saya menyerukan kepada umat Buddha di Myanmar, Sri Lanka, membayangkan wajah Buddha sebelum mereka berbuat kejahatan. Buddha mengajarkan cinta dan kasih sayang. Jika Buddha ada di sana, dia akan melindungi muslim dari serangan umat Buddha," pesan Dalai Lama. Di dalam negeri Myanmar, nyaris tak ada yang membela Muslim Rohingya. Dunia mengutuk pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi yang diam seribu bahasa soal penindasan di Rohingya.

Nasib Muslim Rohingya pun masih jauh dari kedamaian.
Share this with short URL:
Get Short URL
Share this with short URL:
loading short url

Advertisement


EmoticonEmoticon